Kopi Punik Sumbawa: Citarasa Excellent Keliling Dunia, Startup #eNgOpi

Editor: Redaksi


JALURNEWS.COM- Selamat Ulang Tahun ECRAFT Center Pulau Sumbawa, tepat 26 Januari 2021 – 26 Januari 2022. Satu tahun genap umurnya. Tumbuh tertatih ditengah covid-19. Gagasan pendirian ECRAFT Center, kilas balik memikirkan ekonomi dapur kepala keluarga masyarakat Pulau Sumbawa. Ekonominya terseok-seok. Dapur tak mengepul. Ibu – ibu PKK merasa bingung, pertumbuhan pendapatan tak kunjung naik.

Waktu itu, meditasi dikamar Homestay Pondok Daun Sumbawa sejak 26 Desember 2020 – 26 Maret 2021. Sambil silaturahmi dengan simpul masyarakat. Mengamati ibu – ibu muda, janda anak 1 – 3, dan anak muda. Namun, bersyukur sejak setahun belakangan UMKM dalam bentuk Caffe – Caffe dibuka baru oleh mayoritas anak – anak muda Sumbawa. Sala satu contoh paling ngehitz “Caffe Pewe Sumbawa.”

Pendirian ECRAFT Center, dimulai mengais rejeki pada komoditas ekspor Wijen Pulau Moyo, Wera dan Calabai Bima. Masa itu, Wijen cukup banyak capai 16 container, persatu container berisi 12 ton (12.000 kilo). Sekitar 200 ton keluar dari Pulau Sumbawa. Harga Wijen saat itu, Rp12.700 rupiah. Sekarang harga Wijen berkisar Rp13.000 rupiah. Akhirnya, tahun 2021 ECRAFT Center berhasil mengirim Wijen ke Solo, Surabaya, Tangerang dan Klaten Jawa Tengah. Pemecah sejarah sepanjang sejarah wijen Pulau Sumbawa.

Begitu pun, Daun Kelor. Permintaan luar negeri: Malaysia, Thailand, Vietnam, Amerika Serikat dan Jepang sangat meningkat. NTB (Pulau Sumbawa) sala satu penghasil daun kelor terbesar di Indonesia. Potensi ini sangat menjanjikan. Selain itu, ada kopi Pulau Sumbawa (Kopi: Punik, Marente, Agal, Tambora). Kemudian, Cabe Jawa, Jahe, Sapulaga, Cengkeh, Kayu Manis, dan Pala. Hingga hari ini, ECRAFT Center masih mencari eksportir yang cocok bekerja sama.

Selain itu, ada produk Aipoka Moyo Mekar Sumbawa. Produk ini campuran dari bahan baku dari alam sebagai minuman yang konsumsi untuk ketahanan energi tubuh manusia. Sama juga, ECRAFT Center masih menawarkan produk tersebut, ke berbagai lapak – lapak domestik Jakarta. Aipoka dari sisi harga sangat terjangkau, dibanding minuman Florida dan YouC1000.

Kali ini, ECRAFT Center mendapat tantangan dari beberapa eksportir Wijen, Batok Kelapa dan Kopi dari Pulau Sumbawa. Problem yang dihadapi dari beberapa bahan baku ini, yakni: pertama, Wijen. Masyarakat petani masih kurang kepercayaan terhadap eksportir maupun lembaga yang fasilitasinya sehingga menyebabkan bahan baku tidak terbelanjakan (tersalurkan) secara berkelanjutan.

Begitu juga sebaliknya, pengusaha eksportir kurang percaya terhadap masyarakat. Karena beberapa kali permodalan yang diberikan dihabiskan, bahan bakunya pun tidak ada. Sikap seperti ini, yang membuat split personality (saling tidak percaya). Tentu, dampaknya kepada daerah penghasil bahan baku yang mengalami penurunan ekonomi dari hulu hingga hilir.

Kedua, Batok Kelapa, di pulau Medang sala satu penghasil batok kelapa. Paling utama. Masyarakat sedang tertatih lakukan pemberdayaan berbasis homestay personality (rumah tetap pribadi). Contoh: ibu – ibu PKK Desa Bugis Medang lakukan produksi minyak goreng. Problem ekspor, selalu buntu. Apalagi, distribusi hasil minyak produksi ibu – ibu PKK sangat sulit. Karena pasar tidak tersedia. Padahal momentum bangkit minyak goreng itu, saat negara krisis minyak goreng karena black market.

Batok kelapa merupakan barang ekspor untuk arang ke beberapa negara seperti Arab Saudi, Yordania, Afganistan, Turki, Iran, Israel, Damaskus Syiria, Lebanon dan lainnya. Karena negara ini, Padang pasir. Jadi pembakaran harus dari arang batok kelapa. Harganya lumayan. Bahan baku mentah berkisar harga Rp700 rupiah. Harga ekspor batok kelapa sudah jadi arang berkisar Rp2500 rupiah.

Namun, problem besar yakni belum muncul saling percaya antara investor, pengepul dan masyarakat itu sendiri. Karena perbedaan pandangan dan pola komunikasi yang belum sejalan. Secara umum bisnis ekspor batok kelapa sering menemui kesulitan pada level pemerintah daerah maupun regulasi yang ada.

Ketiga, Kopi Pulau Sumbawa, berbagai macam jenis kopi Pulau Sumbawa sangat khas. Mulai dari Tambora, Punik, Marente, Agal, Batulanteh, Batu Dulang dan lainnya. Pulau Sumbawa dikenal sebagai salah satu penghasil kopi yang khas di tanah air. Kopi dari Sumbawa termasuk kualitas terbaik, berasal dari Dusun Punik dan Kopi Tepal jenis Robusta dan Arabika dari Kecamatan Batu Lanteh, Sumbawa. Kopi Punik pun pernah pameran di Turki beberapa waktu lalu. Itulah mengapa disebut kopi Punik Sumbawa.

Tidak kalah dengan kopi Gayo, Toraja atau Kintamani, kopi Punik, Tambora, Marente serta lainnya ini disebutnya bersih. Rasanya original sekali. Cita rasa semua jenis kopi Pulau Sumbawa rata – rata tumbuh di ketinggian 1.200 meter di atas pemukaan laut.

Potensi kopi Pulau Sumbawa sangat agung dan terkenal original. Sama juga, potensi madu dan susu kuda liar yang sangat terkenal seantero dunia. Namun, ada masalah besar bagi pemerintah dalam mengelola berbagai potensi tersebut. Padahal, zaman teknologi 4.0 mestinya tidak begitu sulit untuk mengelola berbagai potensi tersebut.

Maka, karena itu, hari ulang tahun (Miladiyah / Haul) ECRAFT Center Pulau Sumbawa, ingin berkomitmen kuat untuk perhatikan seluruh potensi – potensi yang ada tersebut. Sekarang, dimulai pembukaan stokis, kantor dan gudang beretalase di Jakarta untuk menampung seluruh potensi ekonomi masyarakat Pulau Sumbawa, seperti Madu: hutan, budidaya, hitam. Kemudian, susu kuda, Kopi: Punik, Tambora, Agal, Marente, Batu Dulang, Batu Lante dan lainnya. Lalu, ada Aipoka, Baso Siong, serta makanan khas masing – masing desa di Pulau Sumbawa.

Pemikiran dan gagasan besar ECRAFT Center di Pulau Sumbawa, sebetulnya sejak awal berdayakan ekonomi keluarga berbasis Ibu – Ibu PKK disetiap desa. Dimana seluruh desa di Pulau Sumbawa, membuat makanan khas masing – masing, brand sendiri, izin, KIR, PRT, Izin Menkes dan barcode. Namun, kendalanya pada pembiayaan operasional. Masalah dan tantangan utamanya adalah pemerintah belum begitu progresif membuka proses izin satu pintu pada semua produk UMKM dan UKM.

Dengan demikian, ECRAFT Center, mulai Januari 2022 hingga seterusnya memesan beberapa contoh semua produk UMKM tersebut. Mulai dari fasilitasi investor untuk ekspor hingga menyesuaikan harga dalam pemesanan jumlah banyak. Problem ECRAFT Center pada permodalan, sementara masalah dihadapi lembaga usaha kegiatan masyarakat yakni fasilitas perizinan belum berjalan baik. Tentu, ECRAFT Center hanya bersifat pembelian, pembiayaan, pendistribusian dan menyiapkan pasar hingga ekspor.

Mulai dari Kopi Punik Sumbawa

Menurut owner brand Kopi Punik, Wiwin Suryani saat diwawancara Tempo (2020) lalu, bahwa; Kopi asal Dusun Punik bercita rasa fuity, pahit dan gurih. Kopi Punik tampil dengan berbagai pilihan rasa: sitrus, melon, cokelat (mocca), dan karamel (gula merah). Dusun Punik berada di dalam Desa Batu Dulang yang memiliki potensi ekowisata. Jadi, boleh dikata kopi Punik menjadi pelengkap ekowisata di Desa Batu Dulang. Popularitas rasa kopi Punik, menurut Wiwin, disetarakan dengan kopi dari Kolombia, “Itu kata wisatawan yang mencicipi kopi Punik,” kenang Wiwin.

Karena itu, ECRAFT Center mulai melirik Kopi Punik sebagai pintu utama eksistensi ECRAFT Center yang dimulai dari Jakarta. Kemaren, saya sudah berdialog, berbicara dan pembicara pada “duduk bareng pemilik Caffe” di Jakarta. Justru, ditantang sejauh mana eksisnya seluruh jenis kopi Pulau Sumbawa.

Akhirnya, sala satu Caffe Jangkar mencoba tawarkan untuk testing produk kopi punik. Caffe Jangkar sala satu Caffe, tempat berkumpulnya mantan Buruh Migran Indonesia: ABK dan Pelaut dari berbagai negara di seluruh dunia. Semoga kerjasama di hari Miladiyah ECRAFT Center ini, menjadi penentu masa depan baik dari semua produk UMKM Pulau Sumbawa.

Kopi Punik Sumbawa: Citarasa Startup Excellent Keliling Dunia

Setelah pesan beberapa bungkus Kopi Punik. Kemudian, mencoba untuk mendistribuskan. Termasuk promosi ke beberapa kedai Caffe sistem silaturahmi dan menikmati seruput kopi Punik. Termasuk, mendiskusikan cita rasanya. Kopi Punik memang terkenal originnya.

Wiwin Suryani saat banyak diwawancara media sekitar tahun 2020 lalu bahwa faktor penentu originnya karena tumbuh di 1200mdpl meliputi lahan kopi arabika, lahan kopi robusta hingga kopi luwak, tentu sangat berpengaruh pada cita rasa. Fenomena tersebut merupakan hasil uji yang pernah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018. Sementara dari hasil uji cita rasa oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, mendapat predikat excellent. Kopi Punik memadukan rasa pahit, fruity, dan gurih.

Lanjut, Wiwin, pengalaman petani, Kopi Punik sudah diperdagangkan secara domestik: Lombok, Bali, Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur dan ekspor ke berbagai negara. Produksi kopi punik hadir berkat kerja keras dari Kelompok Tani Rokam Bangkit yang berdiri sejak 1982. Mulanya hanya sekadar budi daya kopi. Namun sejak 2012, Poktan Rokam Bangkit ini menggagas kopi berkualitas tinggi. Caranya, mereka mengadopsi dari beberapa literatur tentang pengolahan kopi berkualitas dengan menerapkan SOP kopi dari tanam, perawatan, panen hingga pasca panen, hingga produk siap jual baik green bean,roasted bean maupun bubuk.

Owner Kopi Punik Sumbawa (brand produksi dari Poktan Rokam Bangkit), Wiwin Suryani lebih jauh, katakan, sejak 2017 petani mulai belajar pengolahan biji kopi agar diterima di pasar lokal, regional nasional bahkan internasional. Pilihan kopi hasil olahannya seperti green bean, roasted bean dan bubuk, dengan variasi pengolahan pasca panen yakni natural, honey, semi wash, full wash dan wine.

Sejak ditangani secara profesional pengolahan kopi punik bisa menghasilkan 50-100 ton per tahun untuk skala kelompok Poktan Rokam Bangkit, secara keseluruhan dengan masyarakat lainnya yakni sekitar 200 ton. Luar biasa, bukan?. Brand ini ciptakan berbagai kemasan produk olahan kopi mulai dari kopi sachet seharga Rp1.900, kemasan Kopi bubuk Robusta Rp19.000, Kopi Bubuk Arabica seharga Rp24 ribu hingga Kopi Bubuk Sumbawa Speciality seharga Rp45 ribu.

Dalam diskusi team ECRAFT Center kemaren, mencoba memilah produk unggulan Pulau Sumbawa. Terutama, melihat trend distribusi produk unggulan pada pasar – pasar lokal dan domestik. Termasuk ekspor manca negara. Karena saat bencana pandemi Covid-19 tidak begitu berpengaruh pada produksi. Tetapi, sangat berpengaruh pada pembelian, distribusi dan pasar. Karena Covid-19 merupakan hambatan besar. Tentu, harus selalu beradaptasi dan inovatif mencari solusi.

Disitulah, kecerdasan owner Kopi Punik Wiwin Suryani melihat peluang. Aji mumpung, media sosial, aplikasi startup dan metode penjualan online digunakan. Teknologi 4.0 merupakan sarana teknologi ilmu pengetahuan tanpa batas negara. Semua berlaku. Faktanya, sebaran penjualan kopi punik sudah masuk pada level startup.

Team ECRAFT Center mentracking Kopi Punik basis penjualan online. Ya, lumayan bagus. Karena sebarannya hampir menyeluruh, seperti startup domestik, nasional hingga internasional, seperti bibli, shoppee, Gojek, Traveloka, grab, Alibaba, akulaku, lapak, dan lainnya. Cukup terkenal. Itu yang dimaksud citarasa excellent keliling dunia menembus batas negara.

Ketika puncak covid-19 pada 2020, Kopi Punik Sumbawa mendapat program JPS gemilang dari program Provinsi NTB sejumlah 7.500 pieces kopi bubuk kemasan yang dipesan langsung oleh pemerintah untuk dibagikan ke masyarakat terdampak pandemi. Pada tahun 2020 juga, usaha kopi Punik Sumbawa menyabet 2 juara yakni juara pertama, Wirausaha Muda Syariah Kawasan Indonesia Timur 2020 dan Juara 1 Wirausaha Muda NTB 2020. Sejak 2019 hingga sekarang menjadi binaan Bank Indonesia NTB. Terakhir, 2021 pameran Kopi Punik di Turki. Artinya, sudah sangat berpengaruh dan Kopi Punik mendunia. Tentu, semuanya harus diapresiasi perubahan pola pasar dan perkembangan citarasa Kopi Punik Sumbawa.

ECRAFT Center: Startup e-NgOpi

ECRAFT Center mencoba memulai membuat startup khusus produksi kopi. Bisa berpotensi hadirkan seluruh jenis kopi se-nusantara dan bahkan sedunia. Karena, penggunaan teknologi terbukti mampu dongkrak produktivitas dan kualitas hasil kopi di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, Pulau Sumbawa belum terjamah sama sekali.

Seperti Vietnam yang berhasil memanfaatkan brand melalui teknologi startup yang sangat ramai dibicarakan. Pulau Sumbawa sebagai bagian dari Indonesia, Nusantara adalah daerah yang saat ini menjadi penghasil kopi terbesar di Indonesia. Kalau bicara produk unggulan hasil petani Kopi, berarti teknologi dan keilmuan memiliki peran yang sangat luar biasa dalam memfasilitasi proses produksi hingga distribusi ke pasar.

Pulau Sumbawa, Indonesia sebenarnya memiliki sejumlah komoditas alam yang berpotensi merajai pasar dunia. Diantaranya lobster, udang, rumput laut, Kopi, Pala, Kelapa, Kambing, Semangka, Kayu Manis, Madu, Susu Kuda, Cengkeh, Kemiri, Cabe, Wijen, dan lainnya. Komoditas tersebut juga sudah berjalan dalam nilai ekspor sesuai kebutuhan.

Namun sebagian besar, petani kopi Pulau Sumbawa masih andalkan cara konvensional, sehingga kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan belum optimal. Nah dengan teknologi, bisa hasilkan produksi kopi yang level tinggi. Penggunaan teknologi, dibutuhkan untuk tingkatkan produktivitas dan mendeteksi pergerakan trading perkopian secara realtime termasuk jenis dan jumlah yang tersedia. Dengan demikian, persoalan tersumbatnya pasar bisa teratasi secara baik.

Manfaat lain dari penerapan teknologi agar kedepan tumbuh startup kopi (e-NgOpi) yang melibatkan inovasi para kaum muda. Sekarang, pengelolaan sudah harus berorientasi lebih ke startup, tapi jangan lupa begitu masuk digital-app, fundamental bisnis juga harus kuat. Startup kopi (e-NgOpi) berorientasi pada on boarding pasar lokal, nasional dan internasional yang ditopang oleh ketersediaan kopi dalam jumlah ratusan ton pertahun.

Tentu, startup kopi (e-NgOpi) mendorong inovasi teknologi dan industrialisasi sehingga menumbuhkan jiwa wirausaha, inovasi bisnis, dan melibatkan kaum muda dalam pengembangan startup kopi (e-NgOpi) sehingga produk yang dihasilkan tingkatkan volume dan kualitas.

Mengapa harus startup kopi (e-NgOpi) dimulai?. Saat ini, Startup makin menjamur. Tidak hanya merambah teknologi, kini berbagai perpaduan juga mulai banyak dilirik investor, dikembangkan untuk membantu petani. Dengan penerapan teknologi yang terjangkau serta proses produksi yang berkelanjutan, bisa menjadi solusi dalam menjaga keberlanjutan kehidupan petani kopi. Industri kopi memiliki potensi besar untuk ikut mengatasi masalah sosial masyarakat dan perkembangan demografi di Pulau Sumbawa. Optimislah. Insha Allah bisa.[]Penulis: Rusdianto Samawa, Pendiri ECRAFT Center Pulau Sumbawa

Berita Terkait