Launching SSGI Tahun 2021 Tuba Berhasil Duduki Angka 9,5 %, Capaian Terbaik Prevalensi Stunting yang Terendah Se-Provinsi Lampung

Editor: Redaksi

JALURNEWS.COM, Lampung Tulang Bawang -Dinas Kesehatan Tulang Bawang menggelar acara mengenai perihal publikasi data pengukuran pertumbuhan dan perkembangan balita di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2021. Acara tersebut digelar di aula dinas Kesehatan Tuba, Kamis (13/01/2022).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Daerah Tuba ( Ir.Anthoni,MM), Kadis PMK (Drs. Yen Dahren, M.A.P), Kadis Pendidikan (Ristu Irham, Spd.MM), Bappeda Litbang Kab.Tuba (Dicky Soerahman, SE), Kadis PPPA (Dra.Desia Kesumayuda, M.Si), Camat Menggala (Anis Andriyanto, SE., MM), Kemenag Tuba, OPD team konvergensi penurunan stunting, Camat se-Kabupaten Tuba, Kepala Kampung, Kepala Puskesmas, serta tenaga pengelola gizi kabupaten Tuba.

Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi suatu permasalahan mendasar, apalagi selama pandemi Covid-19 yang memberikan pengaruh terhadap kesehatan.sehingga perlu diingatkan pentingnya penanganan stunting, apabila tidak ditangani serius dampaknya antara lain,Gagal tumbuh (berat lahir rendah,kecil, pendek dan kurus).
Hambatan perkembangan (kognitif dan motorik), dan Gangguan Metabolik.

Kabid Kesmas Dinkes Provinsi Lampung Uki Basuki, SKM, M.Kes mengatakan pada Tahun 2021 telah dilaksanakan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Badan Litbangkes yang di Lounchingkan datanya pada tanggal 27 Desember 2021 yang lalu.

Dengan capaian angka rata-rata Stunting Nasional sebesar 24,4 persen, dan angka rata-rata stunting di provinsi Lampung sebesar 18,5 persen, sedangkan untuk kabupaten Tulang Bawang sebesar 9,5% dengan demikian kab Tuba menjadi kabupaten dengan angka kejadian stunting terendah di Provinsi Lampung, dan termasuk dalam 5 besar Nasional terbaik dalam penurunan kejadian stunting yang signifikan.

“Disinilah Kebahagiaan kita bersama, khususnya Tulang Bawang menjadi kabupaten dengan capaian stunting terendah Se- Provinsi Lampung, Tutur Uki Basuki.

Menurutnya pencapaian itu berkat dorongan dari lintas sektor terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan kepada sasaran melalui pendekatan Germas.

Selain itu, integrasi pelaksanaan intervensi gizi sensitif harus tetap mendukung dalam program meliputi akses air minum yang aman, akses sanitasi yang layak, akses pelayananan Keluarga Berencana (KB), akses Jaminan Kesehatan (JKN), serta akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH).

Lanjut, masih kata dia peningkatan kinerja tim konvergensi dan percepatan penurunan stunting serta peningkatan peran dan fungsi pokjanal posyandu dan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) posyandu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting di tingkat desa, tentunya sangat di perlukan.

Ia kemukakan bahwa untuk mengetahui prevalensi stunting dengan menggunakan pemanfaatan data. Dari sample, enumeratur, bisa untuk mengetahui besaran masalah dan perencanaan kebijakan, tukasnya.

Apalagi saat ini dunia digital bisa memakai data Surveilans Gizi melalui E-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).

Uki Basuki menginformasikan bulan Maret 2022 akan ada kegiatan Imunisasi campak rubela di Kabupaten Tulang Bawang, yang sasarannya meliputi anak yang berusia 9 bulan sampai 15 tahun, Jelasnya.

Untuk itu kata dia strategi pelaksanaan nya meliputi antara lain :
1.Dinas Kesehatan, Kabupaten/kota atau puskesmas dapat mengembangkan sistem pendaftaran berbasis elektronik sederhana, contoh mempermudah pendataan sasaran dan pengaturan layanan berbasis NIK untuk memastikan seluruh sasaran terdata.

2.Bekerja sama dengan kepala desa, ketua RT/RW, guru dan kepala sekolah, kader PKK dan kader masyarakat lainnya untuk mengumpulkan data sasaran, mengindentifikasi lokasi pos imunisasi baru, menyebarkan media KIE yang berisi manfaat, lokasi dan waktu pelayanan dan kegiatan penggerakan masyarakat lainnya.

3.Memanfaatkan layanan. Imunisasi yang telah tersedia seperti posyandu, puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas.

  1. Membuka pos imunisasi baru baik dalam dan luar ruangan pada lokasi – lokasi strategis, contohnya sekolah, tempat ibadah, stadion, puskesmas keliling dll.
  2. Seluruh tempat layanan imunisasi dapat memberikan imunisasi campak rubela bagi semua sasaran.
  3. Melakukan promosi bulan Imunisasi campak rubela terintegrasi dengan promosi imunisasi rutin dan vaksinasi covid-19, tutupnya.

Informasi yang diterima redaksi jalurnews.com secara tertulis dari dinas kesehatan Tuba yaitu,
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2018 angka kejadian stunting di Kabupaten Tulang Bawang sebesar 32,49%, sedangkan berdasarkan riset nasional Studi Status Gizi Balita Indonesia, SSGBI pada tahun 2019 angka stunting Kabupaten Tulang Bawang sebesar 15,39 persen.

Pada Tahun 2020 melalui program grebek stunting secara serentak di 151 kampung, setelah dilakukan pengukuran dan pertumbuhan seluruh balita di Kab. Tuba, menggunakan alat standar Anthropometri Kit, dan pencatatan hasilnya diinput dalam aplikasi EPPGBM /Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat, sehingga dampak positif nya angka Stunting Kab. Tuba pada tahun 2020 sebesar 11,17 persen.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Tuba Fatoni, S.Kep, M.Kes menyebutkan upaya penurunan stunting bukan menjadi tugas dan tanggungjawab Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis rumpun bidang kesehatan saja, tetapi juga merupakan tugas dari berbagai pemangku kepentingan. baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Lintas OPD dalam Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa, pihak swasta, bahkan masyarakat juga, urainya.

‘’Pengorganisasian merupakan unsur manajemen yang penting untuk memberikan arah, sehingga intervensi penurunan stunting terintegrasi bisa berjalan dengan baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi berikut review kinerja,’’ Pungkasnya.(Erdiansyah)

Berita Terkait